Jangan marah ya..
Jangan marah!
JANGAN MARAH!
Apakah ada sebuah pribadi normal yang tidak pernah atau tidak akan pernah marah, seumur hidupnya?
Pasti tidak ada!
Kita, Anda dan saya, tidak akan pernah dapat menemukan sebuah pribadi yang tidak pernah marah dalam hidupnya.
Sebagai sebuah keniscayaan alamiah, setiap pribadi yang hidup akan mengalami 5 kondisi emosional : marah, jatuh cinta (syahdu), cemburu, sedih dan gembira.
Jika begitu, apakah makna sesungguhnya dari tiga kalimat di atas?
Mohon Anda berkenan memperhatikan bahwa:
Walau menggunakan kata jangan, bukan berarti dilarang, tidak boleh, forbidden, haram dan melanggar hukum.
Kata jangan pada kalimat itu ditujukan sebagai anjuran, tindakan preventif dan merupakan bagian dari early warning system (peringatan dini) moralitas kemanusiaan.
…..
Sebuah pepatah bijak mengatakan bahwa kemarahan adalah kesedihan yang terbakar. Dan sesuatu yang terbakar, memiliki atau memancarkan energi yang di atas ambang batas biasa.
Untuk kita sadari bersama, kita hanya akan mampu melompat (melewati apapun), jika kita memiliki energi ekstra.
Kita akan lari lebih kencang dari biasanya, jika ada seekor anjing mengejar yang ukurannya mampu menaikkan andrenalin kita ke level di atas biasa.
Kita akan berupaya lebih keras dari biasanya, jika ada keterdesakan yang menyesakkan dada.
Anda mungkin akan lebih keras meningkatkan kualitas diri, ketika Anda sangat marah melihat kenyataan bahwa :
- gaji Anda lebih rendah dari rekan yang kualifikasinya lebih rendah
- pangkat Anda lebih rendah dari rekan sekolah (atau kuliah) Anda
- Anda lebih pantas bagi jabatan atasan Anda.
Pokoke : Seringkali kita harus marah untuk mencapai kualitas lebih baik, karena secara alamiah kita membutuhkan tambahan energi untuk melakukan hal-hal yang lebih.
…..
Menurut catatan statistik populasi manusia di dunia ini, jumlah orang yang dimarahi jauh lebih banyak dibandingkan orang memarahi. Mungkin logika sederhananya, pribadi yang tidak memiliki atasan itu sangat-sangat terbatas. Bahkan biasanya pada satu organisasi hanya satu atau dua orang.
Kemudian catatan selanjutnya, diketahui bahwa bagi banyak perasaan pribadi, dimarahi itu tidak nyaman.
Hal menarik adalah catatan cermin. Menurutnya, sebenarnya bukan hanya yang dimarahi yang tidak nyaman; bahkan yang memarahi-pun, tidak akan nyaman melihat tampang wajahnya sendiri.
Itulah sebabnya, mengapa seseorang yang sedang marah menjauhi cermin.
Mengapa?
……
Karena banyak pribadi yang membingkai marahnya dengan perilaku kasar dan tidak mulia.
Yang ditakuti bukan marahnya, melainkan perilaku kasarnya.
Yang tidak mudah diterima itu bukan marahnya, melainkan perilaku merendahkannya.
Yang menyakitkan hati itu bukan marahnya, melainkan pilihan kata-kata buruk yang dilontarkannya.
Yang tidak dapat dimaafkan itu bukan marahnya, melainkan keangkuhannya
Yang tidak sedap dipandang mata itu bukan marahnya, melainkan mimik mukanya.
Pilihan kata, pilihan perilaku, pilihan sikap, plihan raut muka tidak ada hubungannya dengan kondisi emosional marah.
Karena kondisi emosional lainnya (gembira, cemburu, sedih dan syahdu) pun, dapat diikuti oleh hal-hal buruk atau mulia.
Juga karena banyak pribadi yang marah tetapi tetap santun, hormat, lembut dan ramah.
Bukankah yang lebih ditakuti adalah seseorang yang menembak mati lawannya dalam keadaan tersenyum…
…………..
Jadi, marah itu barus.. baik dan harus.
Hanya saja pastikan Anda membingkainya dengan perilaku atau sikap yang santun, hormat, lembut dan penuh kemuliaan.
………….
Sahabat-sahabat terima kasih atas kesediaan Anda meluangkan waktu untuk membaca sudut pandang di atas.
Semoga dapat melengkapi sudut pandang Anda.
Pula pada kesempatan berbahagia ini, mohon sahabat-sahabat berkenan bersilaturahim di web syarifniskala. com - sebuah upaya terbaru yang dirancang lebih sistematis melayani sahabat-sahabat semua.
Sahabat dan moderator yang budiman, saya berbahagia sekali atas nikmat bersilaturahim dengan Anda semua.
Komentar